Category Archives: Akuntansi Manajemen

Pasar Future Saham

Pasar Futures: Perbedaan Dengan Pasar Forward
Sama seperti hal nya transaksi Forward, kontrak future memberikan kewajiban bagi pihak-pihak yang berinteraksi. Sedangkan perbedaan antara transaksi future dengan forward akan dijelaskan berikut ini. kontrak-kontrak tersebut dapat dipergunakan untuk mengurangi risiko harga komoditas, risiko valas, atau instrumen keuangan, tapi dapat juga untuk berspekulasi.
Opsi memberikan hak kepada pembeli opsi, maka transaksi future merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang bertransaksi. Future termasuk salah satu di antara banyak instrumen keuangan yang akhir-akhir ini dikembangkan. Future dapat dijumpai baik pada pasar uang, pasar komoditas maupun pasar modal. Future termasuk instrumen derivatif, sebab nilainya berasal dari nilai pokok atau nilai dasar instrumen keuangan. Timbulnya transaksi derivatif (turunan), disebabkan masing-masing pihak yang berkepentingan ingin mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang. Adanya faktor-faktor eksternal yang tidak dapat dikuasai yang kemungkinan akan menimbulkan kerugian baik bagi investor maupun debitor. Inilah risiko bisnis yang harus diantisipasi dengan jalan membuat kontrak future. Instrumen ini dimaksudkan untuk melindungi para investor maupun para manajer untuk menghindari tingkat risiko bunga dan harga sekuritas.
Kontrak forward adalah perjanjian antara penjual dan pembeli pada saat ini (waktu 0), mengenai transaksi aset tertentu. Dalam perjanjian kontrak forward, tanggal dan harga disepakati dimuka, dan transaksinya dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Misalnya, penjual dan pembeli membuat perjanjian bahwa setelah tiga bulan yang akan datang obligasi akan dijual dengan harga tertentu. Pada saat ini (waktu 0) penjual dan pembeli sepakat dengan harga suatu obligasi. Setelah tiga bulan kemudian harga tersebut dibayar, baru sekuritas tersebut diserahkan kepada pembeli. Pelaku di pasar forward umumnya terdiri dari para arbitrageurs, yaitu orang-orang yang berusaha memperoleh laba tanpa risiko dengan memanfaatkan perbedaan tingkat bunga antar negara. Mereka menggunakan kontrak forward untuk menghilangkan risiko valas sehubungan dengan transfer dana dari satu negara ke negara lain. Disamping itu juga digunakan untuk menghilangkan risiko kerugian dari ekspor atau impor yang dilakukan.
Sejarah pasar future mata uang dimulai pada tahun 1972. Sewaktu di The Chicago Merchantile Exchange membuka divisi International Money Market (IMM). Divisi IMM memberikan tempat bagi spekulator mata uang, dan juga mereka yang ingin mengurangi risiko valas. Currencies Futures merupakan kontrak atas mata uang asing tertentu dalam jumlah tertentu. Kurs mata uang tersebut ditentukan pada saat kontrak di sepakati, dan tanggal pengiriman mata uang tersebut ditentukan IMM.
Pada umumnya kontrak future dilakukan pada suatu pasar yang terorganisir, misalnya central clearing houses di Chicago Board of Trade, USA. Kontrak future adalah perjanjian antara pembeli dan penjual bahwa sekuritas akan ditransaksikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Dalam perjanjian tersebut keduanya setuju untuk tukar menukar aset atau sekuritas pada tanggal tertentu, dengan transaksi tunai. Perbedaannya dengan kontrak forward, dalam kontrak future harga tidak ditentukan. Pada kontrak future harga yang digunakan adalah harga pasar pada tanggal yang disepakati. Kontrak future dapat berupa komoditas seperti bahan-bahan makanan ataupun komoditas industri, yang disebut future komoditas (commodity future). Kontrak future berdasar pada penyelesaian dengan instrumen keuangan disebut future keuangan (financial future).
Dalam kontrak future, pihak penjual mempunyai 3 (tiga) alternatif pilihan untuk mengatasi kewajiban dalam kontrak future, yaitu:
a. Penjual kontrak future dapat membeli sekuritas di spot market, apabila pada tanggal yang disepakati penjual kontrak tidak memiliki sekuritas. Spot market adalah tempat perjanjian antara pembeli dan penjual, dengan kesepakatan bahwa penjual setuju untuk menukar aktiva atau sekuritas kepada pembeli, dan sebaliknya pihak pembeli bersedia membayar aktiva atau sekuritas pada saat yang sama.
b. Penjual kontrak membuat janji yang sama dengan pihak lain, untuk mengkompensasi janji yang telah disepakati dengan pembeli kontrak.
c. Penjual kontrak harus menyerahkan sekuritas kepada pembeli kontrak pada tanggal yang disepakati.
MANFAAT FUTURE
Uraian berikut ini menjelaskan beberapa manfaat future ditinjau dari kepentingan para investor. Kontrak future bertujuan untuk melindungi fluktuasi harga. Dengan kontrak future ini akan didapatkan adanya jaminan hasil yang konstan. Jika harga pasar sekuritas turun, investor masih dapat memperoleh tingkat hasil tertentu, sebab hasil sekuritas sudah dijamin dan ditentukan oleh kontrak future.
Future dapat juga digunakan untuk melindungi institusi dari fluktuasi tingkat bunga pinjaman. Seandainya bank komersial ingin meminjam uang dari bank sentral pada tahun mendatang, akan tetapi diperkirakan tingkat bunga pada saat itu tinggi. Maka bank komersial dapat membuat kontrak future dengan bank sentral pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada yang diramalkan. Pada kontrak tersebut bank sentral setuju menyediakan sejumlah sekuritas tertentu untuk bank komersial pada waktu dan harga tertentu. Penjual kontrak future pada kasus ini adalah bank sentral. Bank tersebut dapat juga menghindari risiko bunga, pertama membeli sekuritas dari pasar pada tingkat bunga terendah dan menunggu kontrak future tersebut jatuh tempo. Kedua, membayar kontrak future untuk kontrak yang tanggal jatuh temponya sama dan sesuai dengan kontrak pertama (zero out). Berdasarkan pertimbangan manfaat diatas, para investor dapat memperoleh manfaat atau keuntungan. Dari sisi lain, hal ini dapat meningkatkan volume perdagangan di lantai bursa.

thanks to: Fajri Nuryono

PENAKSIRAN RETURN DAN RISIKO MODEL MARKOWITZ DAN INDEKS TUNGGAL

BAB I  PENDAHULUAN

 

Tujuan investasi dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan risiko investasi yang dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor dalam berinvestasi dan juga merupakan imbalan bagi investor telah menanggung resiko yang dilakukannya. Dalam dinamika pasar modal sekarang ini, tidak banyak para investor yang mampu dengan tepat memprediksi dalam ketepatan return yang diharapkannya dapat dengan tepat 100% dengan return realisasinya. Pada kenyataannya banyak faktor yang menjadi keterbatasan para investor, selain itu keadaan pasar yang cenderung cepat berubah akan membuat para investor bermain pintar dengan sedemikian rupa sehingga mampu mendekati atau melampaui return yang diharapkannya.

Sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yeild dan gain. Yeild merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Capital gain (loss), komponen return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor.

Dari kedua sumber return diatas, maka kita dapat menghitung return total suatu investasi dengan cara menjumlahkan yeild dan capital gain yang diperoleh dari suatu investasi sehingga memiliki rumus persamaan sebagai berikut:

Return total = yield + capital gain (loss)

Dalam melakukan investasi, investor biasanya mendefinisikan return kedalam dua bagian yaitu return realisasi dan return yang diharapkan. Return realisasi adalah return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return historis ini berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa datang sedangkan return yang diharapkan adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang bersifat sudah terjadi, return yang diharapkan merupakan hasil estimasi sehingga sifatnya belum terjadi.

BAB II   PEMBAHASAN

 

 

  1. A.                Menghitung Return dan Risiko Sekuritas

Mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari suatu investasi dimasa mendatang adalah pekerjaan yang sangat sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya bisa diperkirakan melalui pengestimasian. Return investasi dimasa mendatang adalah return yang diharapkan dan sangat mungkin berlainan dengan return aktual yang diterima.

Di samping mengestimasi return yang diharapkan dari suatu sekuritas, kita juga perlu menghitung berapa berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi bersangkutan. Risiko sebagai sisi lain aset menunjukan kemungkinan penyimpangan antara return yang diharapkan dari return aktual yang diperoleh.

  1. a.                  Menghitung Return Yang Diharapkan

Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal (stand-alone risk), investor harus memperhitungkan setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian.

Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung return yang diharapkan atas sekuritas tersebut. Secara matematis, rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekuritas bisa dituliskan dalam persamaan berikut:

Di mana:

E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas

Ri     = Return ke-i yang mungkin terjadi

pri     = probabilitas kejadian return ke-i

n       = banyaknya return yang mungkin terjadi

Selain itu, Metode arithmathic mean dapat digunakan untuk menghitung return yang diharapkan yaitu dengan menghitung nilai rata-rata. Secara matematis, rumus tersebut dituliskan sebagai berikut:

 

Dimana  adalah penjumlahan nilai return selama satu periode, dan n adalah total n periode.

Akan tetapi, metode arithmetic mean kadangkala bisa menyesatkan terutama jika pola distribusi return selama suatu periode mengalami prosentase perubahan yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, metode geometric mean, yang bisa mengambarkan secara lebih akurat “nilai rata-rata yang sebenarnya” dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu menjadi alternatif selanjutnya. Adapun rumus geometric mean tersebut yaitu:

 

Dimana  adalah return relatif padaperiode n.

Penghitungan tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan kumulatif sebaiknya mengunakan metode geometric mean. Sedangkan arithmetic mean, akan lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.

  1. b.                 Menghitung Risiko

Besaran risiko investasi diukur dari besaran standar deviasi dari return yang diharapkan. Deviasi standar merupakan akar kuadrat dari varians, yang yang menunjukkan seberapa besar penyebaran variabel random di antara rataratanya; semakin besar penyebarannya, semakin besar varians atau deviasi standar investasi tersebut.

Rumus varians dan deviasi standar:

Varians return :                        = σ[ – E(R)]2 pri

Deviasi standar :                     σ = (σ2)1/2

 

Dalam hal ini:

σ2 = varians return

σ = deviasi standar

E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas

Ri = Return ke-i yang mungkin terjadi

pri = probabilitas kejadian return ke-i

  1. c.                  Analisa Portofolio

Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio. Konsep ini menyatakan bahwa jika kita menambahkan secara terus menerus jenis sekuritas kedalam portofolio, maka manfaat pengurangan risiko yang kita peroleh akan semakin besar sampai mencapai titik tertentu dimana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang.

Rumus untuk menghitung varians portofolio bisa dituliskan sebagai berikut:

 

  1. B.                 Diversifikasi

Untuk menurunkan untuk menurunkan risiko portofolio, investor perlu melakukan diversifikasi.  Diversifikasi dalam makna tersebut bisa berarti bahwa para investor perlu sedemikian lupa hingga risiko dapat diminimalkan tanpa mengurangi return yang diharapkan. Mengurangi resiko tanpa mengurangi return adalah tujuan investor dalam berinvestasi.

Dalam melakukan diversifikasi, investor melakukan berbagai cara diantaranya yang paling mudah adalah dengan memasukan kelas aset kedalam berbagai portofolio. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah berapa bagian dana yang akan dialokasikan kesetiap kelas aset tersebut. Dalam beberapa kasus, mungkin saja para investor akan atan berpendapat bahwa diversifikasi bisa saja dilakukan dengan memfokuskan pada satu pilihan kelas aset. Akan tetapi, saham yang mana yang harusdipilih dan berapa persenkah diversifikas tiap saham tersebut.

Berdasarkan gambaran diatas, terlihat bahwa investor mempunyai pilihan berbagai alternatif diversifikasi pada berbagai aset untuk meminimalkan risiko. Selanjutnya kita akan membahasa prinsip-prinsip diversifikasi, yaitu diversifikasi random dan markowitz.

  1. a.                  Diversifikasi Random

Diversifikasi random terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara acak dan tanpa memerhatikan karakter aset atau saham bersangkutan pada berbagai  jenis saham atau aset yang berbeda sehingga diharapkan varians return sebagai ukuran risiko portofolio tersebut dapat diturunkan.

  1. b.                 Diversifikasi Markowitz

Diversifikasi random mungkin dikatakan lebih mudah dilakukan akan tetapi hal tersebut mengabaikan tingkat efisiensi dari setiap diversifikasi yang harus dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu diversifikasi yang lebih efisien dan tidak mengabaikan informasi penting yang terkandung dalam aset-aset yang akan dimasukan kedalam portofolio. Dalam teori portofolio Markowitz, ditunjukan secara kuantitatif mengapa dan bagaimana diversifikasi bisa menurunkan risiko portofolio.

Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa riisiko portofolio tidak boleh dihitung dari semua penjumlahan risiko aset-aset yang ada dalam portofolio, tetapi harus dihitung dari kontribusi risiko aset tersebut terhadap risiko portofolio atau diistilahkan dengan kovarians.

Estimasi Return dan Risiko Portofolio

Mengestimasi return dan risiko protofolio berarti menghitung return yang daiharapkan dan risiko suatu kumpulan aset individual yang dikombinasikan dalam suatu portofolio aset. Keunikannya adalah bahwa untuk menghitung risiko suatu portofolio kita tidak boleh hanya menjumlahkan seluruh risiko aset-aset individualyang ada dalam portofolio bersangkutan. Dengan kata lain, portofolio bukan merupakan penjumlahan risiko aset-aset individual yang ada dalam portofolio tersebut.

  1. 1.                  Menghitung return yang diharapkan dari portofolio

Return yang diharapkan dari suatu portofolio bisa diestimasi dengan rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan masing-masing aset individual yang ada dalam portofolio. Persentase nilai portofolio yang diinvestasikan dari setiap aset-aset individual dalam portofolio disebut sebagai ‘bobot portofolio’, yang dilambangkan dengan W. jika selurung bobot portofolio dijumlahkan akan berjumlah 100% atau 1,0, artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio.

Rumus yang digunakan untuk menghitung return yang diharapkan dari portofolio adalah sebagai berikut:

 

Dimana:

= return yang diharapkan dari portofolio

= bobot portofolio sekuritas ke-i

= return yang diharapkan dari sekuritas ke-i

= jumlah sekuritas yang ada dalamportofolio

  1. 2.                  Menghitung Risiko Portofolio

Risiko protofolio tidak bisa dihitung hanya dengan menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang ada dalam portofolio. Menghitung risiko tidak sama dengan menghitung return portofolio, kareni risiko portofolio bukan merupakan rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas individual dalam portofolio.

Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan yaitu:

  1. Varians setiap sekuritas
  2. Kovarian antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya
  3. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas

Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari dua sekuritas digunakan rumus matematis sebagai berikut:

σ =

dimana:

= Standar Deviasi Portofolio

= Bobot Portofolio Pada Aset A

= Koefisien Korelasi A dan B

Selain itu, untuk mengukur sekuritas dengan sebanyak n-sekuritas yang ada dalam portofolio adalah dengan rumus matematis sebagai berikut:

 

dimana:

Varians return portofolio

=  Varians return sekuritas i

=  Kovarians antara return sekuritas I dan j

=  Bobot atau Porsi dana yang diinvestasikan pada sekuritas i

= Tanda penjumlahan ganda, berarti angka akan ditambahkan secara bersamaan.

c.         Model Index tunggal

Model portofolio markowitz dengan perhitungan kovarian yang kompleks seperti yang dijelaskan sebelumnya, selanjutnya dikembangkan oleh William Sharpe dengan menggunakan model indeks tunggal. Model ini mengaitkan perhitungan return setiap aset pada return indeks pasar. Secara sistematis, model indeks tunggal adalah sebagai berikut:

 

Di mana:

= Return sekuritas i

= Return indeks pasar

= Bagian Return sekuritas I yang tidak terpengaruh kinerja pasar

= Ukuran kepekaan return sekuritas I terhadap perubahan return pasar

= Kesalah residual

Perhitungan return sekuritas dalam model indeks tunggal melibatkan dua komponen utama yaitu:

  1. Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan; dilambangkan dengan α.
  2. Komponen return yang terkait dengan pasar; dilambangkan dengan β.

Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadian-kejadian mikro yang hanya memengaruhi perusahaan bersangkutan sebagai contoh adalah ekspansi usaha. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar menyangkut kejadian-kejadian makro yang memengaruhi seluruh elemen pasar misal kenaikan suku bunga atau kenaikan inflasi.

Komponen kesalahan residual ( ) merupakan perbedaan antara sisi kiri persamaan ( ) dengan sisi kiri persamaan ( ). Karena model indeks tunggal, per definisi, merupakan persamaan maka setiap sisi harus sama. Dalam konteks estimasi return sekuritas, kesalahan residual merupakan perbedaan antara return yang diharapkan (sisi kanan) dengan return aktual (sisi kiri).

Salah satu konsep penting dalam model indeks tunggal adalah terminologi Beta (β). Beta merupakan ukuran kepekaan return sekuritas terhadap return pasar. Semakin besar sekuritas, semakin besar pula kepekaan terhadap perubahan return pasar. Dalam penggunaan model indeks tunggal, kita perlu mengestimasi beta sekuritas yang bisa dilakukan dengan menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif.

Asumsi yang dipakai dalam indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekurits tersebut mempunyai respon yang sama terhadap return pasar. Sekuritas akan bergerak menuju arah yang sama hanya jika sekrits-sekuritas terebut mempunyai hubungan sama terhadap return pasar. Oleh karenanya, kesalahan residual antara dua sekuritas, msalnya saham A dan saham B yang tidak berkorelasi (0), akan mengakibatkan  kovarians antara kesalahan residual saham A dan B sama dengan  0 [COV( =0].

Dalam model indeks tunggal, kovarians antara saham A dan B hanya bisa dihitung atas dasar kesamaan respon kedua saham tersebut terhadap return pasar. Oleh karena itu, risiko yang releven dalam model tersebut hanyalah risiko pasar. Secara sistematis, kovarians antarsaham A dan B yang hanya terkait dengan risiko pasar bisa dituliskan sebagai berikut:

 

Dari penjelasan diatas, bisa ita lihat bahwa perhitungn kovarians dengan model Markowitz dan dengan model indeks tunggal mengandung perbedaan. Model Markowitz menghitung kovarians melalui penggunaan matriks hubungan varians-kovarians yang memerlukan perhitungan secara kompleks. Sedangkan dalam model indeks tunggal, risiko disederhanakan ke dalam dua komponen yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan. Secra matematis risiko dalam model indeks tuggal bis digambarkan sebagai berikut:

 

Persamaan perhitungn risiko sekuritas dengan model indeks tunggal  dalam persamaan di atas juga bisa ditrapkan untuk menghitung risiko portofolio. Persamaan untuk menghitung risiko portiflio dengan indeks tunggal menjadi sebagai berikut:

 

Penyederhanaan dalam model indeks tunggal tersebut ternyata bisa menyerderhanakan  perhitungan risiko portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi perhitungan yang sangat sederhana.

 

 

BAB  III   KESIMPULAN


            Investasi yang benar dan tepat merupakan cara yang harus ditempuh oleh investor dalam berinvestasi. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return aktual mampu menimbulkan risiko portofolio, selain itu perhatian khusus terhadap risiko mampu memberikan suatu kejelasan mengenai arah investasi yang dilakukan investor.

Dalam memaksimalkan return dan meminimalkan resiko, investor dapat melakukan diversifikasi, diversifikasi dapat diwujudkan dengan cara mengkombinasikan berbagai pilihan saham dalam investasinya (membentuk portofolio saham optimal). Melalui portofolio ini investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat keuntungan tertentu.

Semua investor tentunya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Hasil analisis dapat digunakan untuk pembentukan portofolio investasi. Analisis terhadap saham harus dilakukan dengan teliti, terutama mengenai tingkat return dan risk. Dengan adanya analisis, diharapkan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang tepat akan dapat memberikan hasil yang optimal.

PERAN PROFESI AKUNTAN DALAM AKTIVITAS PERUSAHAAN DI PASAR MODAL

BAB I  PENDAHULUAN

            Dalam perkembangan dunia bisnis belakangan ini terjadi adanya suatu dinamika jatuh bangunnya perusahaan publik dalam sektor ekonomi nasional bahkan dunia. Dalam perkembangan tersebut, tidak hanya berimbas pada sektor ekonomi saja akan tetapi hal tersebut berimbas pula pada sistem pengelolaan perusahaan publik dan kebijakan pemegang saham terutama dalam hal menilai return yang mereka harapkan dari suatu perusahaan publik sehingga tingkat kualitas pengelolaan perusahaan pun idealnya harus memenuhi standar kebutuhan informasi para pemegang saham dalam membuat kebijakannya.

Peran profesi akuntan dalam hal ini mempunyai peranan yang sangat penting guna meningkatkan nilai informasi bagi pemegang saham dan menciptakan tata kelola yang baik dalam sistem informasi yang berjalan dari suatu perusahaan. Sejak terjadinya kasus kecurangan yang dilakukan oleh manajemen Enron di Amerika Serikat yang menyebabkan runtuhnya pasar modal pada saat itu, SEC pada waktu itu segera mengeluarkan peraturan baru yaitu Sarbanes-Oxlay Act dimana perusahaan publik pada saat itu diwajibkan memiliki lembaga audit internal dalam lini manajemennya. Selain kasus tersebut, masih banyak kasus-kasus yang terjadi belakangan ini yang sangat berdampak pada fluktuasi harga saham dalam pasar modal. Hal tersebut menciptakan tantangan baru bagi profesi akuntan untuk lebih fleksibel lagi dalam menanggapi isu dan kasus terhangat guna mencegah terjadinya kembali atau sesuatu yang mungkin terjadi terkait dengan kemungkinan terjadinya keruntuhan indeks harga saham di pasar modal.

Prinsip teori keagenan yang terjadi antara pemegang saham dengan pihak manajemen membutuhkan suatu penghubung yang memiliki tingkat kompetensi yang handal dan mampu menciptakan kualitas diantara dua belah pihak tersebut. Peran profesi akuntan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam setiap posisinya.

 

BAB II  PEMBAHASAN 

  1. Profesi Akuntan

Akuntan adalah orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian dibidang akuntansi yang telah menempuh jenjang pendidikan sebagai akuntan. Definisi akuntansi sendiri menurut Weygandt et al (2011), pada saat ini akuntansi lebih diperlakukan sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi keuangan walaupun dahulu akuntansi pernah di definisikan suatu seni atau ilmu social murni. Hal tersebut juga tercermin dalam The Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement yang dihasilkan oleh IASC. Kerangka tersebut menyebutkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan elektronik.

Berdasarkan definisi diatas, profesi akuntan sendiri adalah bertugas  untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik. Hal tersebut menerangkan bahwa betapa pentingnya profesi akuntan dalam dinamika ekonomi global. Profesi akuntan dianggap sebagai suatu urat nadi perekonomian global. Informasi yang dihasilkan akan menjadi landasan utama setiap kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pihak berkepentingan, kehandalan dan kompetensitas menjadi suatu keharusan yang harus dimiliki seorang akuntan.

Pada saat ini profesi akuntan tidak hanya sebagai seorang pencatat transaksi, pengolah transaksi, ataupun sekedar penghasil informasi semata. Profesi akuntan pada saat ini dituntut mampu memberikan suatu nilai tambah terhadap entitasnya di tempat dia bernaung. Dapat diprediksi apabila seorang akuntan hanya bertugas untuk menghasilkan informasi keuangan tanpa adanya unsur nilai tambah dari akuntan tersebut maka informasi yang dihasilkan akan menyesatkan para penggunanya.

Mekanisme perekonomian global yang telah menciptakan satu kesatuan sistem ekonomi dunia telah merubah cara pandang profesi akuntan pada saat ini, profesi akuntan diharapkan bisa memenuhi kebutuhan informasi para pelaku ekonomi global khususnya para pemegang saham dari setiap penjuru dunia sehingga tingkat standar kompetensi dari seorang akuntan diharapkan terus terbaharui sehingga menjadi nilai tambah dalam entitasnya.

  1. Sistem Informasi Dalam Aktivitas Perusahaan

Informasi merupakan salah satu dari sumberdaya bisnis. Seperti sumber daya lainnya, informasi juga merupakan sesuatu yang vital bagi kelangsungan hidup perusahaan. Setiap hari dalam aktivitas perusahaan, informasi terus mengalir dalam arus yang sangat besar dari masukan ke dalam emtitas perusahaan hingga ketangan pengambil keputusan bisnis. Sistem yang dihasilkan dari kumpulan data yang berasal dari kegiatan ekonomi lini operasi perusahaan kemudian di olah ke setiap lini manajemen hingga sampai manajemen puncak dan pemegang saham. Alur informasi tersebut di jalankan oleh sebuah sistem informasi.

Sistem adalah sekumpulan subsistem yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan ekonomi tersebut disusun sedemikian rupa dengan mekanisme yang ditentukan oleh perusahaan dalam suatu sistem terintergrasi. Tujuannya adalah untuk menjaga kualitas informasi yang dihasilkan agar bermanfaat secara efektif, efisien dan ekonomis.

Dalam kebanyakan organisasi, fungsi akuntansi merupakan pemakai tunggal yang paling besar dari jasa komputer. Seluruh sistem yang memproses transaksi keuangan dalam berbagai cara mempengaruhi fungsi akuntansi. Sebagai pemakai akhir, akuntan harus bisa menerapkan gambaran yang jelas tentang kebutuhan para profesional dan pengambil keputusan untuk mendesain sesuai apa yang dibutuhkan. Selain itu, akuntan harus bisa menspesifikasikan peraturan dan tekhnik yang digunakan, persyaratan kontrol internal, dan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Faktor kehandalan informasi menyebabkan akuntan harus bisa mendesain sistem mereka sendiri sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria yang diharapkan para pemakai informasi.

Informasi yang dihasilkan perusahaan pada hakikatnya berisi tentang aktivitas perusahaan dalam menciptakan profit akan tetapi, kebutuhan informasi yang cepat dan handal dari para pemegang saham mengharuskan perusahaan untuk mampu memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Transaksi jual beli saham baik dalam pasar primer maupun sekunder mempunyai intensitas sangat cepat sehingga perusahaan publik harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan para pengguna informasi dengan kecepatan dan ketepatan informasi tersebut. Keterlambatan informasi merupakan salah satu yang bisa mengakibatan para pelaku pasar modal mengambil tindakan transaksi dengan tidak rasional.

Oleh karena itu, pengelolaan sistem informasi hendaknya dapat memenuhi kebutuhan para pemegang saham agar keputusan yang diambil oleh para pemegang saham tidak menyesatkan.

  1. Sekilas Mengenai Pasar Modal

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/90, tentang Peraturan Pasar Modal menyebutkan bahwa pengertian pasar modal secara umum adalah suatu system kuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara-perantara efek.

Pasar modal merupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaran surat berharga yang diperdagangkan. Ditempat inilah para individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, perusahaan yang membutuhkan dana melakukan listing listing terlebih dahulu kepada badan otoritas sebagai emiten untuk menawarkan surat berharga. Pasar modal berada dibawah BAPEPAM-LK dan dijamin oleh undang-undang.

Transaksi jual beli dalam pasar modal dapat berbentuk utang berjangka yaitu dalam bentuk surat obligasi dan sekuritas lainnya, selain itu dapat pula berbentuk penyertaan yang disebut saham.

Pasar modal sendiri mempunyai peranan yang sangat penting bagi setiap Negara dimana pada dasarnya mempunyai suatu kesamaan antara satu Negara dengan Negara lainnya. Pasar modal berfungsi sebagai fasilitas tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk menentukan harga surat berharga yang memberikan kemudahan yaitu tanpa adanya tatap muka secara langsung antara penjual dan pembeli karena system komputerisasi yang sangat canggih. Pasar modal juga memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan sendiri hasil Return nya yang diharapkan sehingga para emiten dengan mudah memenuhi keinginan para pemodal. Selain itu, pasar modal memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada masyarakat untuk ikut terlibat dalam perkembangan suatu perekonomian. Dengan adanya pasar modal, biaya informasi dan transaksi surat berharga dapat berkurang. Informasi yang cepat dan dapat dipercaya tersedia di pasar modal sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelaku pasar dalam mengambil keputusan yang tepat dan murah.

Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah, organisasi, dan perusahaan. Pasar modal terdiri dari pasar perdana, sekunder, ketiga, dan keempat. Jika ditinjau dari proses transaksi, pasar modal dikategorikan dalam empat kategori pasar yaitu pasar spot, futures, forward, dan pasar opsi.

 

  1. Peran Profesi Akuntan Dalam Aktivitas Perusahaan Di Pasar Modal

Profesi akuntan seperti yang telah dibahas sebelumnya yaitu mempunyai peranan yang sangat besar dalam sistem perekonomian global. Sebagai urat nadi suatu entitas, kontribusi para profesi akuntan sangat mempengaruhi dan mempunyai daya dampak yang sangat besar terhadap pasar modal terutama dalam penyediaan informasi ekonomi yang menjadi dasar pengambilan keputusan tersebut.

  1. a.    Profesi Akuntan Perusahaan/Manajemen

Profesi akuntan yang bekerja dibawah lini CFO mempunyai fungsi untuk menyediakan informasi yang berguna bagi manajer dalam hal pengambilan keputusan ekonomi guna mendukung langkah manajemen untuk pertimbangan arah perusahaan kedepannya. Para akuntan bekerja dengan suatu sistem terintergrasi untuk mengolah data keuangan perusahaan menjadi informasi yang berguna.

Kehandalan informasi yang dihasilkan para akuntan tersebut berimbas pada kualitas informasi yang dihasilkan sehingga para manajemen dengan akurat dapat melakukan peramalan bisnis, proses penganggaran yang efektif, meminimalisir pemborosan biaya, dan sebagainya. Pada akhirnya kegiatan perusahaan dalam memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham dan pihak yang berkepentingan lainnya akan terekam dalam suatu informasi yang bisa diandalkan bagi pengambilan keputusan para pemegang saham dalam rencana pembelian atau penjualan kembali saham emiten tersebut.

Informasi pertama kali yang akan sangat mempengaruhi gambaran perusahaan di mata para pemegang saham adalah berasal dari akuntan perusahaan tersebut. Jika akuntan perusahaan tersebut tidak mampu memberikan informasi yang handal dan cenderung menyesatlkan maka hal tersebut akan menyebabkan opini auditor eksternal semakin buruk pula. Selain itu, alasan kehandalan sangat ditekankan adalah bahwa para akuntan perusahaan rentan akan tindakan manajemen laba yang tidak wajar bahkan mengarah kepada tindakan Fraud yang merugikan semua pihak dimana imbasnya seperti krisis ekonomi global yang terjadi belakangan ini yang diawali dengan terungkapnya kecurangan Lehmann Brother hingga berimbas meruntuhkan sector pasar modal dunia. Oleh karena itu harus adanya suatu standar pengendalian yang memadai dan dipatuhi sesuai standar bisnis yang disepakati dalam perusahaan tersebut.

  1. b.   Profesi Auditor Internal

Profesi auditor internal beberapa tahun terakhir ini memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan Good Corporate Governance, Risk Management, dan Internal Control. Runtuhnya harga saham diberbagai negara ketika skandal kecurangan Enron terbongkar menghasilkan suatu aturan baru yaitu dengan munculnya Sarbanes-Oxlay Act yang salah satu isinya menyatakan bahwa setiap perusahaan yang listing di Wall Street pada waktu itu wajib untuk memiliki komisi/dewan internal audit sendiri. Pada awalnya banyak perusahaan yang enggan menerapkan peraturan tersebut hingga beberapa mulai bermunculan untuk mau menerapkan aturan tersebut. Ernest & Young pada waktu itu mengadakan survey kepada para pelaku pasar modal dan memperoleh kesimpulan bahwa 70% para pelaku pasar modal di Amerika Serikat menyatan bahwa keberadaan auditor internal sangat penting. Mahalnya biaya untuk membentuk dewan/komisi auditor internal ternyata menghasilkan keuntungan yang besar yaitu harga pasar saham emiten yang menerapkan tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Di Indonesia, kebijakan tentang mengharuskan adanya dewan/komisaris auditor internal baru disahkan dalam piagam audit intern belakangan ini. Kesadaran pentingnya fungsi auditor internal mampu menciptakan tata kelola usaha yang berkualitas dengan terciptanya sistem pengendalian internal yang memadai dan mampu mengurangi adanya kecurangan atau kehilangan asset perusahaan sehingga kepercayaan para pemegang saham akan tetap terjaga.

  1. c.    Profesi Akuntan Publik

Profesi akuntan publik merupakan profesi yang sangat berperan dalam mempengaruhi keputusan para pemegang saham secara eksplisit. Opini yang diberikan terhadap laporan keuangan entitas didasarkan pada PABU sehingga pengungkapan dan tingkat materialitas laporan keuangan oleh manajemen sangat berpengaruh terhadap opini yang akan diberikan.

Independensi secara fakta dan penampilan menjadi suatu keharusan bagi para akuntan publik dalam melakukan audit laporan keuangan. Dalam teknisnya, auditor eksternal bekerja menurut standar audit dan satuan kerja yang telah ditentukan sehingga idealnya para auditor mengaudit perusahaan kliennya dengan sangat objektif. Akan tetapi pada kenyataanya, runtuhnya pasar saham yang fenomenal seperti kasus Enron, Lehmann Brother, dan lainnya tersebut dikarenakan gagalnya para auditor eksternal dalam menemukan kecurangan kliennya yang pada akhirnya berakibat pada pembekuan kantor akuntan publik terkait atau adanya aksi penggugatan yang dilakukan klien terhadap kantor akuntan publik yang melakukan audit laporan keuangannya.

Dalam perkembangannya, auditor eksternal diwajibkan memberikan opini Going Concern terhadap kelangsungan bisnis kliennya dan selain itu ranah hukum mulai menyentuh perkembangan dari profesi tersebut terutama dalam bidang jasa audit. Hal tersebut diharapkan akan meminimalisir kejadian kehancuran pasar modal seperti sebelumnya yang pernah terjadi.

 

BAB III  KESIMPULAN 

Profesi akuntan memiliki peran yang sangat penting dalam aktivitas perusahaan di pasar modal. Hal ini disebabkan karena akuntansi tersebut merupakan urat nadi dari perekonomian dunia sehingga tingkat kompetensi profesi akuntan akan mempengaruhi kualitas dari perkembangan perekonomian dunia khususnya tercermin dalam fluktuasi tren harga saham dan surat berharga lainnya di pasar modal.

Produk akuntansi yang berupa informasi keuangan akan mempengaruhi berbagai pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan. Sistem informasi yang handal dan memadai sangat dibutuhkan guna mendukung penyampaian informasi tersebut sehingga tidak menyesatkan para penggunanya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Robert Tampubolon. 2005. Risk and System Based Interna Auditing. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sunariyah. 2006. Pengantar: Pengetahuan Pasar Modal. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

James A Hall. 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta.

Sony Warsono. 2011. Akuntansi Pengantar 1: Sistem Penghasil Informasi Keuangan (Adaptasi IFRS). ABPUBLISHER. Yogyakarta.

Alvin A Arens, et all. 2008. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintergrasi. Erlangga.Jakarta.

Steven M Bragg. 2011. Panduan IFRS. Wiley. New Jersey.

Responsibility Accounting

Akuntansi pertanggungjawaban digunakan utuk mengukur  performa bagi seseorang dan departmen untuk mencapai tujuan bersama. Sistem akuntansi pertanggungjawaban biasanya membentuk pusat pertanggungjawaban yaitu sub unit dalam suatu organisasi. Pusat pertanggungjawaban bterbagi menjadi 4, yaitu pusat biaya, pendapatan, laba, dan investasi. Contoh perusahaan mobil mempunyai divisi pengecetan, itulah yang disebut pusat biaya dimana hanya bertanggungjawab pada pengeluaran biaya. Pada perusahaan penerbangan, divisi penjualan tiket adalah pusat pendapatan yang dimana hanya bertanggungjawab pada penerimaan. Restauran harus membeli bahan makanan dan melayani konsumen dan ini lah yang dimaksu d pusat laba (pendapatan-biaya). Perusahaan/divisi suatu perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap kontrol laba dan penginvestasian modal kerja. Contoh bank memiliki bagian PSDM, komputer dan sejenisnya adalah pusat biaya, kemudian memiliki produk deposito,kartu kredit, dan sejenisnya itulah pusat penerimaan. Selain itu, memiliki bagian kredit salah satunya tersebut merupakan psat laba. Apabila memiliki bagian finance, asuransi, dan anak perusahaan yang berdiri sendiri itulah yang disebut pusat investasi.

Laporan kinerja akuntansi pertanggungjawaban disusun dari bagian sub unit menuju divisi menuju perusahaan utama. Hal tersebut harus didasarkan pada hirearki. Laporan tersebut didasarkan pada anggarannya dibandingkan dengan aktual yang dicapai dari setiap elemen perusahaannya.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban terkadang ditemukan biaya bersama, cara penyelesaian atau penelusuran biaya bersama tersebut adalah dengan pembagian yang masuk akal dengan berbagai metode, misal dengan ABC.

Perilaku sangat berpengaruh bagi akuntansi pertanggungjawaban, biasanya perilaku manajerial yang sangat mempengaruhi misalnya target dari setiap manajerial, konflik divisional, saling memotivasi agar selalu unggul.

Laporan laba rugi yang disajikan persegmen disebut Segmented Reporting. Laporan yang memiliki hierarki taraf utama perusahaan biasanya laporan tersebutlah yang  dilaporkan ke publik sedangkan laporan tiap divisi dan sub-bagian tidak dipublikasikan dan hanya bersifat internal.

TQM didasarkan dari grade, desain, dan conformance. Biaya kualitas ada 4,; biaya prevention untuk mencegah kegagalan produksi  yaitu dilakukan sebelum proses produksi itu terjad misal biaya training karyawan bagian produksi, biaya appraisal juga dilakukan untuk mencegah kegagalan yaitu ketika proses produksi itu terjadi. Biaya kegagalan internal ialah dimana biaya tersebut terjadi sebelum sampai pelanggan, apabila  barang sudah sampai pada pelanggan dan mengajukan garansi maka itulah yang disebut biaya kegagalan eksternal. Dari ke empat biaya tersebut biasanya yang menjadi Control Cost adalah biaya prevention dan appraisal karena jika dilogikakan bila biaya prevention dan appraisal efektif maka biaya kegagalan internal dan eksternal dapat minimal. Biaya kesempatan terjadi jika terlalu banyaknya kegagalan dan menyebabkan pelanggan lari sehingga biaya tersebut tidak dapat dinyatakan dalam moneter.

Biaya manajemen dalam lingkungan biasanya atas asumsi tanggung jawab manajerial bila bersifat lingkungan privat dan menjadi asumsi tanggung jawab publik apabila bersifat lingkungan sosial.

Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban digunakan utuk mengukur  performa bagi seseorang dan departmen untuk mencapai tujuan bersama. Sistem akuntansi pertanggungjawaban biasanya membentuk pusat pertanggungjawaban yaitu sub unit dalam suatu organisasi. Pusat pertanggungjawaban bterbagi menjadi 4, yaitu pusat biaya, pendapatan, laba, dan investasi. Contoh perusahaan mobil mempunyai divisi pengecetan, itulah yang disebut pusat biaya dimana hanya bertanggungjawab pada pengeluaran biaya. Pada perusahaan penerbangan, divisi penjualan tiket adalah pusat pendapatan yang dimana hanya bertanggungjawab pada penerimaan. Restauran harus membeli bahan makanan dan melayani konsumen dan ini lah yang dimaksu d pusat laba (pendapatan-biaya). Perusahaan/divisi suatu perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap kontrol laba dan penginvestasian modal kerja. Contoh bank memiliki bagian PSDM, komputer dan sejenisnya adalah pusat biaya, kemudian memiliki produk deposito,kartu kredit, dan sejenisnya itulah pusat penerimaan. Selain itu, memiliki bagian kredit salah satunya tersebut merupakan psat laba. Apabila memiliki bagian finance, asuransi, dan anak perusahaan yang berdiri sendiri itulah yang disebut pusat investasi.

Laporan kinerja akuntansi pertanggungjawaban disusun dari bagian sub unit menuju divisi menuju perusahaan utama. Hal tersebut harus didasarkan pada hirearki. Laporan tersebut didasarkan pada anggarannya dibandingkan dengan aktual yang dicapai dari setiap elemen perusahaannya.

Dalam akuntansi pertanggungjawaban terkadang ditemukan biaya bersama, cara penyelesaian atau penelusuran biaya bersama tersebut adalah dengan pembagian yang masuk akal dengan berbagai metode, misal dengan ABC.

Perilaku sangat berpengaruh bagi akuntansi pertanggungjawaban, biasanya perilaku manajerial yang sangat mempengaruhi misalnya target dari setiap manajerial, konflik divisional, saling memotivasi agar selalu unggul.

Laporan laba rugi yang disajikan persegmen disebut Segmented Reporting. Laporan yang memiliki hierarki taraf utama perusahaan biasanya laporan tersebutlah yang  dilaporkan ke publik sedangkan laporan tiap divisi dan sub-bagian tidak dipublikasikan dan hanya bersifat internal.

TQM didasarkan dari grade, desain, dan conformance. Biaya kualitas ada 4,; biaya prevention untuk mencegah kegagalan produksi  yaitu dilakukan sebelum proses produksi itu terjad misal biaya training karyawan bagian produksi, biaya appraisal juga dilakukan untuk mencegah kegagalan yaitu ketika proses produksi itu terjadi. Biaya kegagalan internal ialah dimana biaya tersebut terjadi sebelum sampai pelanggan, apabila  barang sudah sampai pada pelanggan dan mengajukan garansi maka itulah yang disebut biaya kegagalan eksternal. Dari ke empat biaya tersebut biasanya yang menjadi Control Cost adalah biaya prevention dan appraisal karena jika dilogikakan bila biaya prevention dan appraisal efektif maka biaya kegagalan internal dan eksternal dapat minimal. Biaya kesempatan terjadi jika terlalu banyaknya kegagalan dan menyebabkan pelanggan lari sehingga biaya tersebut tidak dapat dinyatakan dalam moneter.

Biaya manajemen dalam lingkungan biasanya atas asumsi tanggung jawab manajerial bila bersifat lingkungan privat dan menjadi asumsi tanggung jawab publik apabila bersifat lingkungan sosial.

Syarat Perencanaan yang Baik

a. Rencana harus mempermudah pencapaian tujuan organisasi
Perlu kita ketahui bahwa rencana yang kita susun agar dengan maksud guna mempermudah realisasi pencapaian tujuan dasar organisasi yang sudah dari awal mempunyai visi dan misi bersama yang sudah pasti dan terperinci pelaksanaannya dengan tidak mempersulit tujuan awal dan dasar organisasi.

b. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar memahami tujuan organisasi
Dalam pencanangan dan penyusunan rencana tidak boleh dilakukan oleh pihak ekstern dari luar organisasi tersebut karena pihak ekstern tidak seluruhnya mengerti dan memahami tujuan awal, visi, dan misi serta mengenal karakteristik tiap anggota organisasi. Akan tetapi, pihak ekstern dapat kita jadikan sebagai pemrasan dalam penyusunan dengan berbagai pengalaman yang mereka miliki walaupun demikian para anggota lah yang harus benar-benar membuat dan mengambil keputusan karena dianggap lebih tahu seluk beluk dan karakteristik organisasi sehingga tahu planing apa yang tepat untuk organisasinya.

c. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mendalami teknik perencanaan
Rencana yang baik akan terwujud apabila rencana tersebut dibuat dan disusun oleh orang-orang yang benar-benar tahu dan mendalami daripada teknik pembuatan rencana tersebut karena secara ilmu yang mereka miliki tentu akan menunjang keberhasilan terealisasinya rencana tersebut dan apabila ada kesalahan itu pun hanya kecil kemungkinan dan akan segera teratasi cepat.

d. Rencana harus diteliti secara merinci
Ketelitian dalam penyusunan rencana sangat diperlukan, karena ini menyangkut berhasil tidaknya suatu rencana dalam perealisasiannya. Langkah pertimbangan sebelum perealisasian sangat penting untuk merinci dan menentukan apa saja yang benar-benar diperlukan baik dalam hal perencanaannyanya maupun perealisasiannya.

e. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan
Rencana yang dibuat harus benar-benar konsisten terhadap tujuan dan tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan agar tidak terjadinya penyimpangan dari tujuan awal dan mempercepat proses perealisasian dengan secara efektif dan efisien.

Langkah-Langkah Dalam perencanaan

a. Menyadari adanya peluang
Suatu rencana akan dikatakan berhasil apabila rencana tersebut mampu membaca peluang dan menjawab peluang tersebut dengan jitu. Akan tetapi, hal tersebut tidaklah cukup tanpa didukung oleh keberanian, semangat dan materi yang kita miliki.

b. Menentukan sasaran
Agar rencana yang kita susun dalam perealisasiannya dapat berjalan efektif dan efisien, maka kita harus menentukan point – point dan sasaran yang tepat dan disusun sedemikuan rupa menurut skala prioritas mana yang menunjang keberhasilan suatu rencana dan mana yang tidak.

c. Menentukan anggapan-anggapan (asumsi)
Menentukan anggapan – anggapan atau asumsi dilakukan untuk menghimpun data – data dari berbagai sumber untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan sebagai masukan dalam penentuan arah tindakan.

d. Menentukan arah tindakan
Dalam langkah penyusunan rencana, kita harus tahu bagaimana cara penentuan arah tindakan dari berbagai point yang telah kita susun tersebut secara tepat dengan tidak lepas dari asumsi – asumsi dan apa saja yang harus kita lakukan dari tiap point tersebut, agar dalam perealisasiannya kita tahu apa yang mesti kita perbuat dan hal tersebut dapat mempermudah cara pengerjaannya.

e. Mengevaluasi arah tindakan alternative
Setelah menentukan arah tindakan apa yang harus kita lakukan, kita evaluasi lagi apa saja yang sudah dapat dari point – point diatas dan lebih dipikirkan kembali untuk kedepannya sebagai alternative positif, sebagai masukan maupun pegangan dalam pelaksanaannya.

f. Memilih satu tindakan (mengambil keputusan)
Setelah kita dapatkan point – point dari berbagai pemikiran, asumsi, dan berbagai alternative pemikiran lainnya, selanjutnya diadakan suatu pengambilan keputusan dan alangkah baiknya dalam hal pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah dengan partner maupun anggota yang lain. Langkah pengambilan keputusan dilakukan untuk benar – benar memilih satu tindakan yang dianggap tepat dalam perencanaan, oleh karena itu, diperlukan suatu musyawarah agar keputusan yang diambil ialah benar – benar yang terbaik dan merupakan hasil pemikiran bersama.

g. Merumuskan rencana turunan
Apabila keputusan telah diambil, langkah selanjutnya ialah merumuskan rencana turunan yang dilakukan sebagai alternative kedua dalam perencanaan apabila rencana pertama mengalami masalah dalam pelaksanaannya.

h. Mengurutkan rencana berdasarkan anggaran (skala prioritas)
Langkah terakhir dalam penyusunan rencana ialah mengurutkan rencana berdasarkan anggaran atau skala prioritas agar kita tahu apa saja langkah pertama yang harus kita lakukan agar mudah dalam hal pelaksanaannya dan tidak terjadi bentrok antara rencana satu dengan yang lainnya.

Harga Transfer

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-pusat laba, transfer barang atau jasa antarpusat laba tersebut menimbulkan masalah penetuan harga transfer, karena masing-masing pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang atau jasa antarpusat laba akan berdampak terhadap laba masing-masing pihak yang terkait.

Masalah penentuan harga transfer biasa dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya disusun menurut pusat-pusat laba, dan antarpusat laba yang dibentuk tersebut terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perlunya integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis

 

B. Tujuan Penentuan Harga Transfer

Sistem penentuan harga transfer harus memenuhi tiga tujuan berikut :

  1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat

Berarti tidak satu pun manajer divisi yang memperoleh keuntungan dengan mengorbankan manajer divisi lain (dalam arti bahwa satu divisi lebih baik sedangkan divisi lainnya lebih jelek);

  1. Keselarasan tujuan (goal congruence) antara divisi dan perusahaan

Berarti para manajer divisi mengambil keputusan yang memaksimumkan laba divisinya;

  1. Tetap terjaganya otonomi divisi

Adalah tidak ada campur tangan manajemen puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam mengambil keputusan.

 

C. Peran Harga Transfer

Harga tranfer mempunyai peran ganda, yaitu :

  1. Harga transfer mempertegas diversifikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak. Harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer divisi untuk mendapatkan laba.
  2. Harga transfer berperan sebagai salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi.

 

D. Konsep harga transfer

Dalam arti luas harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditansfer antarpusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. Dalam arti sempit harga tarnsfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antarpusat laba dalam perusahaan yang sama.

 

 

BAB II

PERMASALAHAN

A. Permasalahan Harga Transfer

  1. Kenapa harga transfer memiliki dampak terhadap prestasi divisi?
  2. Kenapa harga transfer memiliki dampak terhadap perusahaan sebagai satu kesatuan?
  3. Kenapa harga transfer memiliki dampak terhadap otonomi divisi-divisi yang terlibat dalam transfer barang atau jasa?

 

B. Dampak Harga Transfer

Harga transfer mempunyai dampak terhadap :

  1. Pengukuran prestasi divisi

Harga yang ditetapkan terhadap barang yang ditransfer harus diakui sebagai biaya bagi divisi pembeli dan sebagai pendapatan bagi divisi penjual. Oleh karena pendapatan dan biaya merupakan komponen untuk menghitung laba, maka dua divisi yang terlibat akan terpengaruh oleh harga transfer.

  1. Laba perusahaan sebagai satu kesatuan

Penetuan harga transfer dapat juga mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan sebagai satu-kesatuan.

  1. Otonomi divisi-divisi yang terlibat dalam transfer barang atau jasa

Penentuan harga transfer dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu, manajemen puncak sering tergoda untuk melakukan interventasi dan mendikte harga transfer.

 

C. Contoh Kasus

  1. Sebuah perusahaan menjual roda yang diproduksi oleh Divisi A dan menjual SEPEDA yang diproduksi oleh Divisi B. Divisi A memproduksi roda yang dapat dijual ke pasar eksternal dengan harga Rp100.000. Kos produksi variabel dan relevan adalah Rp 60.000, sedangkan kos lainnya yang bersifat tetap dapat dianggap tidak relevan dalam jangka pendek. Jadi contribution margin roda yang relevan untuk pengambilan keputusan manajer Divisi A adalah Rp40.000. Divisi B membutuhkan roda sebagai salah satu komponen produknya yang nernama sepeda. Divisi B tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi sendiri roda dan selama ini membelinya dari pasar eksternal dengan harga Rp 100.000. Jika kebijakan harga transfer perusahaan adalah harga pasar, berapakah harga transfer roda? Jika terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laba Divisi A, laba Divisi B, dan laba perusahaan? Jika tidak terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laba masing-masing divisi dan laba perusahaan?
  2. Sebuah perusahaan menjual roda yang diproduksi oleh Divisi A dan menjual sepeda yang diproduksi oleh Divisi B. Divisi A memproduksi roda yang dapat dijual ke pasar eksternal dengan harga Rp 100.000. Kos distribusi relevan, yaitu pengangkutan ke gudang pembeli, adalah Rp 20.000. Kos distribusi ini bersifat dapat dihindarkan jika Divisi A menjualnya ke Divisi B. Divisi B membutuhkan roda sebagai salah satu komponen produknya yang nernama sepeda. Divisi B tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi sendiri roda dan selama ini membelinya dari pasar eksternal dengan harga Rp 100.000 tanpa kos pengangkutan sebab kos ini ditanggung oleh penjual. Jika kebijakan harga transfer perusahaan adalah harga transfer negosiasian dan semua informasi di atas diketahui oleh masing-masing divisi, maka berapakah harga transfer roda? Jika terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laba Divisi A, laba Dvisi B, dan laba perusahaan? Jika tidak terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laba masing-masing divisi dan laba perusahaan?

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

Pada prinsipnya, harga transfer adalah harga yang di dalamnya sudah diperhitungkan laba bagi divisi penjualan. Bagi divisi penjualan harga demikian wajar sebab kalau produknya dijual ke pasar eksternal, maka harga yang dapat dia tawarkan dan jual adalah sudah mengandung laba. Artinya harga transfer seharusnya tidak berbeda dari harga pasar eksternal. Bagi divisi pembelian harga pasar eksternal juga wajar sebab kalau produk yang dibutuhkannya dibeli dari pasar eksternal, maka jumlah yang harus di bayarkan adalah sebesar harga pasar, yang tentunya telah disadari bahwa harga itu sudah memperhitungkan laba produsennya.

Untuk menjaga autonomi divisi-divisinya, perusahan tidaklah menentukan berapa rupiah besarnya harga transfer, melainkan menetapkan kebijakan (aturan) yang secara wajar dapat diterima oleh masing-masing manejer divisi. Kebijakan (aturan) itulah yang dimaksud dengan sistem penetuan harga transfer yang tujuan normatifnya telah disebutkan sebelumnya bab ini. Kebijakan itu meliputi dasar-dasar penentuan harga transfer berikut: (1) harga transfer (market-based transfer price), (2) harga negosiasian (negotiated transfer price), dan kos (cost-based transfer price). Penjelasannya sebagai berikut:

1.Metoda Harga Pasar

Harga pasar adalah harga produk (barang atau jasa) yang terjadi di pasar eksternal sebagai hasil akhir dari proses tawar menawar seluruh pelaku pasar (produsen dan konsumen). Jika pasar  tersebut adalah pasar persainga sempurna (perfectly competitive), maka harga pasar sangat tepat menjadi harga transfer. Yakni, besarnya harga transfer adalah sama dengan harga pasar eksternal itu. Harga pasar adalah sesuai dengan konsep opportunity cost bagi difisi penjual, dalam arti bahwa divisi penjual akan menderita kehilangan kesempatan untuk memperoleh revenue sebesar harga pasar dikalikan dengan unit produk yang dijual jika harga transfernya tidak sebesar harga pasar itu. Kebijakan harga pasar dengan demikian mendasarkan pada teori bahwa harga pasar menuntun para manajer untuk mengoptimumkan kinerjanya masing-masing dan secara simultan mengoptimumkan kinerja perusahaan sebagai satu kesatuan. Jadi, harga pasar dianggap dapat menciptakan goal congruence. Yakni, keputusan manajer divisi untuk mencapai tujuan pribadi dan divisinya juga dapat mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Sebagai ilustrasi, scenario berikut sangat berguna untuk menjelaskan bahwa harga pasar dapat menciptakan goal congruence.

Skenario 1

Sebuah perusahaan menjual roda yang diproduksi oleh divisi A dan menjual sepeda yang diproduksi oleh divisi B. Divisi A memproduksi roda yang dapat dijual kepasar eksternal dengan harga Rp 100.000. Kos Produksi Variabel dan Relevan adalah Rp 60.000, sedangkan Kos lainnya yang bersifat tetap dapat dianggap tidak relevan dalam jangka pendek. Jadi contribution margin roda yang relevan unuk pengambilan keputusan manajer divisi A adalah Rp 40.000 divisi B membutuhkan roda sebagai salah satu komponen produknys ysng bernama sepeda. Divisi B tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi sendiri roda dan selama ini membelinya dari pasar eksternal dengan harga Rp 100.000. jika kebijakan harga transfer perusahaan adalah harga pasar, berapakah harga transfer roda? Jika terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laba divisi A, laba divisi B, dan laba perusahaan?  Jika tidak terjadi transfer, berapakah dampaknya ke laa asing-masing divisi dan laba perusahaan?

 

Analisis 1

Jika terjadi transfer internal, maka : (1) harga transfer adalah Rp 100.000 sesuai kebijakan perusahaan ; (2) divisi A tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan sedikitpun, karena ia tetap dapat mempertahankan contribution margin sebesar Rp 40.000. jadi tidak ada pengaruh harga transfer terhadap laba divisi A ; (3) divisi B tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan sedikitpun, karena ia dapat mempertahankan Kos produk antara sebesar Rp 100.000. adi, tidak ada pengaruh harga transfer terhadap laba divisi B; (4) perusahaan tidak dirugikan dan juga tidak diuntungkan sebab out-of-pocket cost sebesar Rp 100.000 yang dikeluarkan oleh divisi B untuk membeli roda dari divisi A juga diterima kembali seutuhnya oleh divisi A dari penjualan roda ke divisi B. Secara Neto, contribution margin divisi A tetap utuh menjadi bagian dari contribution margin perusahaan secara keseluruhan

 

Analisis 2

Jika tidak terjadi transfer internal atau masing-masaing divisi menjual roda ke dan membelinya dari pasar eksternal,  maka : (1) divisi A tidak dirugikan dan tidak pula diuntungkan sedikitpun, karena ia tetap dapat mempertahankan contribution margin sebesar Rp 40.000. Jadi tidak ada pengaruh terhadap laba divisi A ; (2) divisi B tidak dirugikan dan tidak pula diuntungkan sedikitpun, karena ia tetap dapat mempertahankan Kos Produk antara sebesar Rp 100.000. Jadi tidak ada pengaruh terhadap laba divisi B ; (3) perusahaan akan mengeluarkan out-of-pocket cost sebesar Rp 100.000 untuk membeli dari pasar eksternal dan pada saat yang sama menerima hasil penjualan roda ke pasar eksternal sebesar Rp 100.000. Jadi secara neto out-of-pocket cost perusahaan adalah Rp 0, tetapi perusahaan masih memperoleh contribution margin sebesar Rp 40.000 yang berasal dari contribution margin divisi A. Jadi, laba perusahaan secara overall tidak terpengaruh oleh tidak terjadinya transfer eksternal.

Skenario dan analisis diatas menunjukan bahwa harga pasar adalah ideal menjadi harga transfer. Meskipun begitu, harga pasar menjadi ideal jika kondisi-kondisi ideal berikut dapat terpenuhi :

1)                  Terdapat pasar ekstern untuk produk yang ditransfer. Ini berarti bahwa divisi pembeli dapat membeli produk dari pasar ekstern dan divisi penjual dapat menjual produknya ke pasar ekstern tersebut.

2)                  Pasar ekstern untuk produk yang ditransfer itu bersifat persaingan sempurna. Ini berarti bahwa : (1) harga pasar ekstern tidak akan terpengaruh (naik/turun), apakah divisi penjualan menjual seluruh produknya ke pasar ekstern atau intern ; dan (2) harga pasar ekstern tidak akan terpengaruh, apakah divisi pembeli membeli seluruh produk yang dibutuhkannya dari pasar ekstern atau dari pasar intern.

3)                  Divisi Pembeli bebas untuk membeli produk sebanyak yang dibutuhkannya dari sumber manapun, apakah dari pasar ekstern ataupun dari pasar intern.

4)                  Divisi Penjual bebas untuk manjual produk sebanyak yang dia mamp buat ke pasar mana pun, apakah ke pasar ekstern atau ke pasar intern.

 

 

2.Metote haraga transfer negosiasi

Dalam realita, pasar persaingan sempurna hamper tidak  ada. Dalam banyak hal, produssen dapat mengambil tindakan yang memengaruhi harga pasar. Misalnya produk yang dijual perusahaan (dalam hal ini divisi penjual) sedemikian besarnya sehingga menurunkan harga pasar. Inilah contoh ketidak sempurnaan pasar. Contoh lainnya adalah bila terdapat biaya penjualan (biaya distribusi). Kalau ada ketidaksempurnaan pasar, maka harga pasar tidak cocok sebagai harga transfer. Dalam kasus seperti ini, harga transfer negosiasion (negotiated transfer price) merupakan alternative praktis. Konsep opportunity cost juga dapat menjelaskan harga negotiation ini.

Hasil negisiasi harus mempertibangkan opportunity cost yang dihadapi masing-masing divisi. Dari sudut perusahaan, harga transfer negotiation seharusnya disetujui hanya jika oppprtunity cost divisi penjual lebih kecil dari pada divisi pembeli. Ilustrasi berikut memudahkan tentang harga transfer negotiation.

 

Skenario 2.

Sebuah perusahaan menjual RODA yang diproduksi oleh Divisi A dan mejual SEPEDA yang diroduksi divisi B. divisi A memproduksi RODA yang dapat dijual ke pasar eksternal dengan harga Rp 100.000,00. Cost distribusi relevan, yaitu penganktan ke gudang pembeli, adalah Rp 20.000,00. Cost distribusi ini bersifat dapat dihindarkan (avoidable cost) jika divisi A menjual ke divisi B. divisi B membutuhkan RODA sebagai slah satu komponen produknya yang bernama SEPEDA. Divisi B tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi sendiri RODA dan selama ini membelinya dari pasar eksternal dengan harga Rp 100.000,00 tanpa cost pengangkutan sebab cost ini ditanggung penjual. Jika kebijakan harga transfer perusahaan adalah harga transfer negotiation dan  semua informasi diatas diketahui oleh masing-masing divisi, maka berapakah transfer RODA?  Jika terjadi transfer berapakah dampaknya ke laba divisi A, laba divisi B, dan laba perusahaan? Jika tidak transfer, berapakan dampaknya ke laba masing-masing divisi dan laba perusahaan.

Analisis 1

Berdasar kasus diatas, maka manajer divisi B mungkin mengajukan permintaan harga sebesar Rp.80.000 sebab ia mengetahui bahwa jumlah Netto yang diterima oleh manajer Divisi A adalah harga pasar Rp.100.000 dikurangi kos konstribusi Rp.20.000. sedangkan manajer Divisi A mungkin menolak permintaan harga Rp.80.000 sebab meskipun jumlah netto yang ia terima dari penjualan ke pasar eksternal adalah sebesar itu tetapi ia menyadari bahwa penghematan Rp.20.000 hanya dinikmati Manajer Divisi A. jika manajer Divisi A mempunyai daya tawar (bargaining power) yang lebih kuat dari pada manajer Divisi B, maka kira-kira  harga transfer jatuh pada angka diatas Rp.90.000. anggaplah, sebagai missal saja, negosiasi terakhir dengan harga transfer Rp.95.000. Kalau benar harga transfer jatuh pada angka tersebut, maka angka itulah yang dimaksud dengan harga transfer negosiasian. Jika terjadi transfer internal dengan harga Rp.95.000 tersebut, maka (1) Divisi A akan memeroleh incremental profit sebesar Rp.15.000 yakni penghematan kos distribusi Rp.20.000 dikurangi Rp.5000, yakni selisih antara harga pasar eksternal dan harga transfer negosiasian. Jadi harga transfer memengaruhi laba divisi A; (2) Divisi B akan memeroleh incremental profit sebesar Rp. 20.000 yakni berasal dari penghematan kos distribusi Divisi B. jumlah ini secara mudah merupakan penjumlahan antara incremental profit yang diperoleh oleh Divisi A (Rp.15.000) dan incremental profit yang diperoleh oleh Divisi B(Rp.5000) jadi harga transfer memengaruhi laba perusahaan.

 

Analisis 2

Jika tidak terjadi transfer internal atau masing-masing divisi menjual RODA ke dan membelinya dari pasar eksternal, maka; (1) Divisi A kehilangan kesempatan untuk memeroleh incremental Profit sebesar Rp.15.000. (2) Divisi B kehilangan Kesempatan untuk memeroleh Incremental Profit sebesar Rp.5000.(3) perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memeroleh incremental profit sebesar Rp.20,000. Oleh karena perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memeroleh tambahan laba yaitu Rp.20.000 seandainya dua divisi tidak melakukan transfer internal, maka top management akan memaksa kedua divisi diatas untuk melakukan transfer internal. Dari sudut pandang perusahaan, kasus pada scenario diatas adalah masalah make or buy decision, dan lebih menguntungkan apabila terjadi transfer internal yaitu, keputusan untuk memproduksi sendiri produk RODA. Berapapun harga transfer yang berhasil ditetapkan dalam proses negosiasi antara manajer divisi A dan B, asalkan sampai kepada keputusan transfer internal, perusahaan tetap memeroleh penghematan kos distribusi Rp.20.000. bagi Divisi A, harga transfer yang lebih disukainya adalah harga yang mendekati Rp.100.000. sedangkan bagi Divisi B, harga transfer yang lebih disukainya adalah harga yang mendekati Rp.80.000.

Kelemahan harga transfer negotiation

Harag transfer negotiation memiliki tiga kelemahan atau keterbatasan sebagai berikut:

  1. Manajer divisi tertentu dapat mengambil manfaat dari manajer divisi lain, sehingga manajer divisi lain dirugikan. Kelemahan ini terjadi apabila manajer tertentu memiliki informasi lebih lengkap dari manajer lain.
  2. Ukuran prestasi mungkin dapat didistorsi oleh kemampuan negosiation atau bargaining power manajer tertentu.
  3. Proses negotiation membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya.
  4. Jika terjadi kesepakatan, maka diperlukan interfensi oleh top manajemen dan kalau diperlukan proses arbritasi, maka harus ditunjuk seoarang arbritator yang berkompeten dan mempunyai reputasi tinggi.

Kebaikan harga transfer negotiation

Meskipun membutuhkan banyak waktu, harga transfer negotiation menawarkan harapan untuk mencapai tiga tujuan penentuan harga transfer, Yaitu : (1) evaluasi prestasi divisi secara kuat, (2) keselarasan antar tujua dan divisi perusahan, (3) tetap terjaganya otonomi divisi

3.Metoda kos

Metoda kos dipergunakan apabila tidak terdapat harga pasar kompetitif dan harga transfer negosiasian tidak dapat ditentukan. Untuk kepentingan pengukuran prestasi divisi, yang menjadi dasar harga transfer adalah kos standar, bukan kos historis. Penggunaan kos historis tidaklah layak karena dapat mendorong divisi penjual bekerja tidak efisien. Kalau menggunakan kos historis, inefisiensi yang terjadi di divisi penjual akan menjadi beban yang tak beralasan bagi divisi pembeli. Pembebanan inefisiensi tersebut jelas merugikan divisi pembeli, karena divisi pembeli harus menanggung inefisensi  divisi penjual.

Berikut penjelasan harga transfer yang mendasarkan pada kos produksi. Sekali lagi, yang dimaksud kos pada contoh-contoh berikut adalah kos standar, bukan kos sesungguhnya untuk membuat produk yang ditransfer.

 

3.1.Kos Produk Variabel

Kos produk menurut variable costing adalah kos produksi yang bersifat variable. Kelemahan kos produksi variable sebagai harga transfer internal adalah bahwa divisi penjual akan melaporkan contribution margin total sebesar nol dan rugi sebesar biaya tetap yang dikeluarkannya. Oleh karena itu, penggunaan kos produksi variable sebagai harga transfer merugikan divisi penjual. Kos produksi variable hanya pantas sebagai harga transfer apabila pusat pertanggungjawaban yang menyediakan produk/jasa adalah pusat biaya.

Kos Produk Penuh

Kos produksi, menurut absorption costing, terdiri atas kos produksi variable dan kos produksi tetap. Harga transfer hanya layakdigunakan apabila pusat pertanggungjawaban yang mentransfer ke pusat pertangungjawaban lainnya adalah pusat biaya.

Kos Produksi Plus Laba

Harga transfer yang pantas untuk pusat laba atau pusat investasi adalah kos produksi plus laba. Kos produksi dapat ditentukan sebesar kos produksi variable atau kos produksi penuh, sedangkan laba ditentukan sebesar persentase tertentu. Yang menjadi masalah dalam metoda kos produksi plus laba ini adalah penentuan dasar perhitungan yang digunakan untuk menetapkan tingkat laba dan penentuan tingkat labanya itu sendiri.

Dasar perhitungan yang paling sederhana adalah kos produksi (variable atau penuh). Kelemahannya, dasar ini tidak memperhitungkan investasi. Untuk menghindari kelemahan ini, maka dapat dipakai besarnya investasi yang digunakan untuk memproduksi produk yang ditransfer. Tingkat laba harus merupakan taksiran laba yang mungkin diperoleh seandainya divisi penjual benar-benar merupakan perusahaan yang independen.

Contoh menentukan harga transfer dengan metode kos produksi plus laba.

Kos Produksi Penuh : Divisi A mentransfer RODA ke DIvisi B. Dasar yang digunakan untuk menetapakan laba adalah kos produksi penuh dan tingkat labanya 10%. Kos produksi penuh RODA adalah Rp 65.000. Oleh Karena tingkat labanya adalah 10% dari kos produksi penuh, maka harga transfer produk RODA adalah Rp 71.500 sebagaimana perhitungan berikut:

Kos produksi penuh RODA               Rp 65.000

Laba 10% x Rp 65.000                              6.500

Harga transfer                                      Rp 71.500

Dari perhitungan diatas, divisi B akan dibebani kos sebesar Rp 71.500.000 per bulan, jika dia mentransfer 1.000 unit RODA per bulan.

Rerata Investasi: Misalnya, rerata investasi setahun untuk memproduksi RODA sebesar Rp 120.000.000, sedangkan dasar yang digunakan untuk menentukan laba adalah rerata investasi. Apabila tingkat laba yan layak adalah 10% dan divisi B mentransfer 1.000 unit per bulan, maka divisi B akan ditagih sebesar Rp 66.000.000 sebulan sebagaimana perhitungan berikut.

Kos Produksi Penuh per unit                                  65.000

Jumlah unit yang ditransfer per bulan                        1.000   x

Total                                                                 Rp 65.000.000

Laba 10% x Rp120.000.000:12                              1.000.000  +

Dibebankan ke Divisi B                                     Rp  66.000.000

 

 

BAB IV

KESIMPULAN

 

Pada harga transfer metode harga pasar , secara overall, perusahaan tidak lebih buruk atau lebih baik dengan terjadinya transfer internal sebesar harga pasar dan sebaliknya karena  biaya yang diterima dan dikeluarkan oleh kedua divisi ialah wajar sebesar harga pasar sehingga harga yang tercipta didasarkan atas harga tawar-menawar yang terjadi dipasar persaingan sempurna normal .

Dalam metode harga negosiasian, tiap divisi akan melakukan negosiasi dan akan ditemukan incremental cost yang biasanya dari divisi penjual harus lebih besar daripada divisi pembeli agar negosiasi berjalan dan menemukan titik sepakat. Akan tetapi, jika dilihat dari sudut pandang perusahaan keseluruhan, laba perusahaan akan terditorsi sehingga top management harus menyikapinya secara efektif apakah lebih baik membuat sendiri bahan baku divisi pembeli tersebut.

Untuk metode kos, dalam pembentukan harga transfer lebih baik di dasarkan atas kos penuh + laba yang diinginkan, karena jika perusahaan mendasarkan harga atas harga variabel atau konstribusi margin saja, perusahaan tidak akan mampu menutupi biaya tetapnya, begitu pun jika kos tersebut hanya didasarkan pada kos penuh saja tanpa adanya perhitungan terhadap laba yang diinginkan karena jika hal itu terjadi revenue yang diterima perushaan penjual hanya akan mampu menutup biaya penuh saja atau dengan kata lain BEP tidak untung dan tidak rugi. Oleh karena itu, pada metode kos ini lebih baik manajemen mendasarkannya atas dasar kos penuh + laba diinginkan.

Strategi Manajemen Aset

Hallo Indonesia….

Selamat pagi semua, pagi tadi gua baca sebuah koran yang isinya mengenai meningkatnya jumlah rakyat miskin dan turunnya daya beli masyarakat akibat harga BBM yang melambung begitu tinggi da begitu banyaknya UKM yang gulung tikar, wah gua sih turut prihatin aja bro! padahal kalo dipikir-pikir neh bro, dengan naiknya harga BBM tu mestinya negara kita untung lho?gila kan? terus siapa yang mesti disalahin atas meningkatnya jumlah kemiskinan ini? pemerintah? weiz tunggu dulu bro, emang pemerintah sangat bertanggung jawab atas kemiskinan yang melanda bangsa ini tapi yang miskin siapa? kok pemerintah terus yang disalahin? napa rakyatnya gak mau usaha keluar dari kemiskinan? modal dan keadaan yang berperan, itu kan yang mereka bikin malez buat keluar dari kemiskinan?
Semua orang berhak kaya secara finansial, tapi menurut lu jadi pada kaya itu mudah kagak sih? kalo menurut gua sih ya and dari semua yang gua pelajari secara skolastik maupun extern environment bahwa yang membuat kita bisa meningkatkan status miskin jadi kaya ialah gimana cara megang yang namanya tu the power of money. Banyak orang yang kerja dengan keras dan tentunya dapat duit yang gede pula malah masih dirasakan miskin coz gila aja kan? mentang-mentang mereka dapat gaji gede terus mereka jadi kalap deh ngredit ke Bank buat beli liabilitas yang menurut otak mereka itu adalah aset yang berharga, contohnya nih yee: ngredit rumah, mobil, motor, etc yang tentunya akan menjadi tanggungan mereka disaat jatuh tempo dan tentunya akan mengurangi sebagian gaji mereka?jadi otomatis jadi mereka kerja hanya sebagai budak uang belaka, ya gemana mau kaya kan?. Hal tersebut jika kemiskinan tersebut dipandang dari sudut orang yang serba menengah. Nah, gemana kalo kemiskinan dari sudut pandang orang yang benar-benar miskin alias kere? wah, emang mereka mah udah gitu meski gemana lagi? susah kayanya juga?. Eit, jangan salah Bro? yang miskin juga kalo dia bisa ngendaliin uang mereka, pasti mereka juga keluar dari neraka kemiskinan tersebut. Coba kalo semua orang bisa bedain yang mana aset yang mana tanggungan pasti mereka bisa kaya semua yee,hehehe. Nih gua kasi gambaran kecil, yang namanya aset tu ya yang ngasilin duit buat kita and yang namanya tanggungan atau kerennya liabilitas tu yang ngurangin kantong kita. Nah, cuma ntu yang posisiin lu di dunia ini, kaya atau miskin. Coba deh lu itung-itung lagi apa yang bikin duit lu nambah dan mana yang bikin lu gak ada duit terus besar mana,income apa out flow nya?kalo minimalnya seimbang berarti kasian banget lu jadi Budak Uang?pa lagi kalo pengeluaran lu lebih gede dari pemasukan lu?hehehe. So, kalo mau kaya, ciptain aset lu sendiri, jangan ngabisin duit gak puguh mulu.
Bekerja keras gak bikin lu kaya gua jamin? napa gua ngomong gitu? tar gua kasi tau deh di episode selanjutnya, atau kalo lu punya ide, kirim aja komentar lu tar kita tukar pikiran,oke?

MASALAH INTERNASIONAL DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB I
PENDAHULUAN

Menjalankan bisnis dalam lingkungan global mengharuskan manajemen mengubah perspektifnya. Terdapat banyak kesamaan aspek bisnis pada skala lokal dan global. Namun beberapa di antaranya berbeda. Perusahaan yang menjalankan usahanya di negara asal dan negara lainnya mungkin menemukan bahwa praktek bisnis yang berjalan baik di negara asal ternyata tidak berlaku di negara lain. Sebagian besar perbedaan ini berkaitan dengan lingkungan bisnis yaitu lingkungan budaya, hukum, politik, dan ekonomi dari masing-masing negara.
Dalam dunia bisnis global membutuhkan akuntan manajemen untuk menangani masalah keuangan dan operasi bisnis sehari-hari. Latihan yang baik, pendidikan, dan tetap mengikuti perubahan yang terjadi adalah penting bagi seorang akuntan. Namun, tugas akuntan manajemen pada perusahaan internasional lebih kompleks karena perubahan yang terus menerus terjadi pada bisnis global. Karena tugas utama akuntan manajemen adalah menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen dan agar terap mampu mengikuti perkembangan, maka akuntan manajemen harus membaca berbagai buku dan artikel bisnis mengenai sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus akrab dengan peraturan akuntansi keuangan dari negara di mana perusahaan beroperasi.

BAB II
PERMASALAHAN

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa peran akuntansi manajemen dalam lingkungan internasional?
2. Apa saja bentuk keterlibatan perusahaan dalam perdagangan internasional?
3. Apa saja cara yang ditempuh oleh akuntan manajemen dalam mengelola risiko nilai tukar mata uang asing?
4. Mengapa perusahaan multinasional memilih bentuk desentralisasi?
5. Bagaimana faktor-faktor lingkungan mempengaruhi evaluasi kinerja pada perusahaan multinasional?
6. Apa peran penetapan harga transfer pada perusahaan multinasional?
7. Bagaimana perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang mempengaruhi operasi perusahaan di lingkungan internasional?

BAB III
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Lingkungan bisnis internasional yang global mempunyai berbagai budaya, hukum, politik dan ekonomi yang berbeda. Akuntansi manajemen berperan menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen. Akuntan manajemen menyediakan keterampilan bisnis dan keuangan. Tugas akuntan manajemen pada perusahaan multinasional lebih menantang karena ambiguitas dan perubahan terus menerus sifat dari bisnis global. Akuntan manajemen harus tetap mengikuti perkembangan mutakhir berbagai bidang bisnis mulai dari sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus memahami standar akuntansi keuangan dari berbagai negara di mana perusahaan beroperasi.

B. KETERLIBATAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Perusahaan multinasional (multinational corporation / MNC) adalah perusahaan yang menjalankan bisnis di lebih dari satu negara yang volume dan pertumbuhannya juga terjadi di lebih dari satu negara. beberapa yang lazim adalah perusahaan impor dan ekspor, cabang-cabang keseluruhan, dan joint venture.
• Impor dan ekspor
Impor bahan baku mempunyai kompleksitas biaya pada pengenaan freight-in atau ongkos masuk dan tariff atau pajak impor. Sedangkan dalam penjualan barang ke luar negeri atau ekspor, kompleksitas terdapat pada negara tujuan.

• Zona perdagangan luar negeri
Akuntan manajemen harus waspada terhadap biaya yang timbul dari impor bahan baku. Akuntan manajemen juga harus mampu mengevaluasi manfaat potensial dari zona perdagangan luar negeri ketika mempertimbangkan lokasi pabrik.
• Pakta perdagangan dan tarif
Pakta perdagangan antar berbagai negara mempengaruhi besarnya tarif yang berlaku. misalnya NAFTA yang memungkinkan importir Amerika Serikat, Meksiko, dan kanada membayar tarif yang lebih rendah untuk barang-barang yang di produksi di ketiga negara tersebut.
• Perusahaan yang dimiliki sendiri
Suatu perusahaan mungkin saja membeli perusahaan di luar negeri dan menjadikannya perusahaan anak yang berdiri sendiri. Bila undang-undang suatu negara mengijinkan, maka perusahaan multinasional dapat juga mendirikan perusahaan anak atau kantor cabang di negara tersebut. Outsourcing pekerjaan teknis dan profesional menjadi isu yang sangat penting bagi perusahaan. Outsourcing adalah pembayaran oleh suatu perusahaan atas fungsi bisnis yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam konsep perusahaan multinasional, outsourcing adalah memindahkan suatu fungsi bisnis ke suatu negara lain. Akuntan manajemen harus memperhatikan berbagai biaya dan manfaat dari outsourcing yang mungkin tidak tersedia dalam suatu negara. Berbagai struktur pajak dan insentif dari otoritas suatu negara, serta tingkat pendidikan dan infrastruktur memainkan peranan penting dalam penilaian dalam akuntan manajemen terhadap biaya dan manfaat.
• Joint Venture
Joint venture adalah jenis persekutuan dimana para investor menjadi bagian dari pemilikan perusahaan. Joint venture dilakukan untuk menggabungkan keahlian, menghadapi undang-undang yang berlaku, dan merangsang investasi demi meningkatkan produktivitas dalam negeri.

C. NILAI TUKAR MATA UANG ASING
Perubahan kurs mata uang asing dalam bisnis internasional yang terjadi setiap hari menambah ketidakpastian terhadap operasi perusahaan internasional. Akuntan manajemen berperan dalam pengelolaan eksposur terhadap risiko mata uang.
• Manajemen risiko mata uang (currency risk management) adalah pengelolaan perusahaan terhadap transaksi, ekonomi, dan translasi eksposurnya karena fluktuasi kurs tukar.
• Risiko transaksi (transaction risk) adalah kemungkinana bahwa transaksi kas di masa depan akan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs tukar.
• Risiko translasi atau akuntansi (Translation or Accounting Risk) adalah tingkat di mana laporan keuangan perusahaan terpengaruh oleh fluktuasi kurs tukar.

1. Mengelola Risiko Transaksi
Perusahaan multinasional sekarang ini berurusan dengan banyak jenis mata uang. Mata uang tersebut dapat saling diperdagangkan, tergantung pada kurs tukar yang berlaku pada saat berlakunya perdagangan. Kurs spot (spot rate) adalah kurs tukar dari satu jenis mata uang terhadap mata uang lain untuk transaksi tunai (pada hari yang sama).
Macam-macam risiko transaksi :
a. Apresiasi dan Depresiasi Mata Uang
Ketika mata uang suatu negara menguat secara relatif terhadap mata uang negara lain, terjadilah apresiasi mata uang (currency appreciation) dan satu unit mata uang negara yang disebut pertama mampu membeli lebih banyak mata uang negara kedua.
Depresiasi mata uang adalah berarti mata uang negara melemah secara relatif dan membeli lebih sedikit unit mata uang negara lain.
b. Keuntungan dan Kerugian Kurs Tukar
Kerugian kurs tukar (exchange loss) adalah suatu kerugian kurs tukar dari mata uang terhadap mata uang lain yang disebabkan oleh depresiasi mata uang dalam negeri.
Keuntungan kurs tukar (exchange gain) adalah keuntungan dari suatu mata uang terhadap mata uang lain karena apresiasi mata uang dalam negeri.

c. Hedging
Hedging atau pembendungan adalah satu cara untuk mengatsi masalah resiko perubahan kurs tukar. Hedging bisa dilakukan dengan kontrak forward. Kontrak forward mengharuskan pembeli menyerahkan sejumlah tertentu mata uang dengan kurs tukar tertentu (kurs tukar forward) pada tanggal yang telah ditentukan di masa depan.

2. Mengelola Risiko Ekonomi
Risiko ekonomi adalah dampak fluktuasi kurs tukar terhadap nilai sekarang (present value) dari arus kas perusahaan di masa depan. Risiko demikian dapat mempengaruhi daya saing relatif perusahaan meskipun perusahaan tersebut tidak pernah berpartisipasi langsung dalam perdagangan internasional.
Akuntan mengelola eksposur perusahaan terhadap risiko ekonomi dengan memahami posisi perusahaan dalam ekonomi global. Akuntan menyediakan struktur dan komunikasi keuangan perusahaan. Hedging dengan kontrak forward juga bisa dilakukan untuk mengelola risiko ekonomi.

3. Mengelola Risiko Translasi
Perusahaan induk sering mencatat ulang semua pendapatan perusahaan anak dalam mata uang lokal. Pencatatan kembali ini dapat mengakibatkan keuntungan dan kerugian oportunitas atas revaluasi mata uang asing dan dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan anak serta penghitungan yang berkaitan dengan ROI dan Laba Residu. Laporan internal dengan denominasi dolar diperlukan untuk mengukur semua angka dengan dasar yang sama. Namun strategi tersebut bisa menyesatkan para manajer jika pembanding dibuat terhadap waktu. Akuntan manajemen harus waspada terhadap sumber risiko translasi ini.

D. DESENTRALISASI
1. Keunggulan Desentralisasi MNC
Desentralisasi MNC dipilih karena berbagai keunggulan, yaitu :
• Manajer lokal mampu menghasilkan keputusan dengan mutu yang baik dengan pemanfaatan informasi lokal yang bermutu.
• Manajer lokal mampu memberikan tanggapan yang lebih tepat waktu untuk mengubah keadaan
• Melatih dan memotivasi manajer lokal untuk mengembangkan keterampilan manajerial
• Memberi kesempatan manajemen puncak untuk lebih memusatkan perhatian kepada masalah-masalah jangka panjang seperti perencanaan strategis.

2. Pendirian Divisi
Perusahaan multinasional memiliki fleksibilitas dalam pembentukan jenis-jenis divisi. Divisi dapat didirikan menurut dasar garis geografis, lini produk, dan lini manajemen fungsional. Adanya divisi di lebih dari satu negara menciptakan kebutuhan perangkat evaluasi kinerja yang mempertimbangkan berbagai perbedaan pada lingkungan divisi.

E. MENGUKUR KINERJA PADA PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Pemisahan evaluasi manajer dari suatu divisi dari evaluasi divisi tersebut penting dilakukan. Evaluasi manajer sebaiknya tidak menyertakan faktor-faktor di luar kendali perusahaan seperti fluktuasi mata uang, pajak dan sebagainya, tetapi harus dievaluasi berdasarkan pendapatan dan biaya, dengan menyesuaikan mata uang perusahaan induk dan perusahaan anak.
Sulit membandingkan kinerja seorang divisi manajer di suatu negara dengan kinerja seorang manajer suatu divisi di negara lainnya karena terdapat perbedaan kondisi lingkungan. Namun yang benar-benar mempengaruhi adalah Laba dan ROI.
1. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Evaluasi Kinerja :
a. Faktor faktor ekonomi
• Organisasi dari sistem bank sentral
• Stabilitas ekonomi
• Eksistensi pasar modal
• Pembatasan valuta
b. Faktor-faktor politik dan hukum
• Kualitas, efisiensi, dan keefektifan struktur perundang-undangan
• Pengaruh kebijakan pertahanan
• Dampak kebijakan luar negeri
• Tingkat kerusuhan politik
• Tingkat keterlibatan pemerintah dalam bisnis
c. Faktor-faktor pendidikan
• Tingkat melek huruf
• Cakupan dan jenjang pendidikan formal serta sistem pelatihan
• Cakupan dan jenjang pelatihan teknik
• Keluasan dan mutu program pengembangan manajemen
d. Faktor-faktor sosiologis
• Perilaku sosial terhadap industri dan bisnis
• Perilaku budaya terhadap otoritas dan orang-orang yang menjadi bawahan
• Perilaku budaya terhadap produktifitas dan keberhasilan (etika kerja)
• Perilaku sosial terhadap keuntungan material
• Keragaman budaya dan ras

2. Ukuran Kinerja Lainnya
Selain laba residu dan ROI (pengukuran jangka pendek), diperlukan ukuran kinerja tambahan yang erat kaitannya dengan kepentingan jangka panjang perusahaan. Ukuran tersebut misalnya pangsa pasar, keluhan pelanggan, rasio perputaran karyawan, dan pengembangan personal.

F. PENETAPAN HARGA TRANSFER DAN PERUSAHAAN MULTINASIONAL
1. Evaluasi Kinerja
Divisi-divisi sering dievaluasi berdasarkan laba bersih dan pengembalian atas investasi. Namun, harga transfer seringkali diatur oleh perusahaan induk, sehingga penggunaan ukuran ROI dan laba bersih meragukan.
2. Pajak Penghasilan dan Penetapan Harga Transfer
Adanya tarif pajak yang berbeda antar suatu negara dengan negara lain menyebabkan perlunya pusat reinvoicing untuk memindahkan tagihan dari negara dengan pajak tinggi ke negara yang pajaknya rendah.
Pengaturan harga transfer sesuai dengan harga yang berlaku apabila transfer dilakukan pihak lain, yang disesuaikan dengan berbagai selisih yang menimbulkan dampak yang dapat diukur atas harga tersebut.
Ada beberapa metode penetapan harga yang mendekati harga pasar yaitu:
a) Metode harga tak terkendali yang dapat diperbandingkan (comparable uncontrolled price) yaitu pada dasarnya diakui sebesar harga pasar.
b) Metode harga jual kembali (resale price method) yaitu harga jual yang diterima penjual dikurangi markup yang wajar.
c) Metode biaya plus (cost-plus method) yaitu harga transfer berdasarkan biaya.
d) Metode penetapan harga di muka (Advance Prising Agreement= APA) adalah perjanjian mengenai metode penetapan harga yang diaplikasikan dalam suatu transaksi Internasional.

G. ETIKA DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang tidak dihadapi perusahaan domestik. Masing-masing negara mempunyai kebiasaan dan peraturan yang berbeda. Perusahaan multinasional harus menetapkan apakah kebiasaan tertentu benar-benar suatu cara berbisnis yang berbeda atau apakah merupakan pelanggaran atas kode etik berbisnisnya.

H. KALKULASI BIAYA VARIABEL DAN PELAPORAN SEGMEN
Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel pada kalkulasi biaya variabel adalah penting bagi evaluasi yang akurat untuk menghasilkan keputusan yang saling terkait. Laporan kontribusi laba dari berbagai aktivitas atau unit-unit lainnya dalam suatu organisasi disebut pelaporan segmen (segmen reporting).
Para manajer perlu mengetahui profitabilitas berbagai segmen dalm suatu perusahaan agar mampu membuat berbagai evaluasi dan keputusan yang berhubungan dengan eksistensi berkelanjutan setiap segmen, tingkat pendanaan, dan seterusnya. Laporan segmen mampu menyediakan informasi yang berharga mengenai berbagai biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer segmen.

BAB IV
KESIMPULAN

Menjalankan bisnis dalam lingkungan global mengharuskan akuntan manajemen untuk menyediakan keterampilan bisnis dan keuangan. Tugas utama akuntan manajemen adalah harus tetap mampu mengikuti perkembangan mutakhir berbagai bidang bisnis, mulai dari sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi.
Perusahaan yang terlibat dalam bisnis internasional dapat membangun kegiatan mereka dalam tiga cara. Mereka dapat menjalankan kegiatan impor dan ekspor, membeli perusahaan anak yang dimiliki penuh, dan berpartisipasi dalam joint venture.
Akuntan manajemen harus memperhatikan potensi eksposur perusahaan mereka terhadap risiko transaksi, risiko ekonomi, dan risiko translasi. Mereka dapat melakukan hedging untuk membatasi eksposur perusahaan terhadap ketiga risiko tersebut.
Perusahaan multinasional memilih bentuk desentralisasi karena alasan-alasan yang hampir sama dengan alasan perusahaan nasional memilih desentralisasi. Dengan desentralisasi, manajer lokal mampu menghasilkan keputusan yang lebih baik melalui pemanfaatan informasi lokal. Manajer lokal juga mampu memberikan tanggapan yang lebih tepat waktu untuk mengubah keadaan. Alasan lainnya adalah untuk melatih dan memotivasi manajer lokal serta memberi kesempatan bagi manajemen puncak untuk lebih memusatkan perhatiaannya kepada masalah-masalah jangka panjang, seperti perencanaan strategis.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi evaluasi kinerja pada perusahaan multinasional adalah faktor sosial, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Ketika satu dari perusahaan memproduksi produk yang digunakan dalam proses produksi divisi lain, muncul harga transfer. Harga transfer merupakan pendapatan bagi divisi penjual dan biaya bagi divisi pembeli. Sama halnya dengan perusahaan domestik, perusahaan multinasional dapat menggunakan harga transfer dalam evaluasi kinerja. Perusahaan multinasional dengan perusahaan anak di negara dengan pajak tinggi dan negara dengan pajak rendah dapat memanfaatkan penetapan harga transfer untuk menggeser biaya ke negara berpajak tinggi (biaya akan memperkecil pembayaran pajak) dan menggeser pendapatan ke negara berpajak rendah.
Perusahaan multinasional menghadapi masalah-masalah etika yang tidak dihadapi perusahaan domestik. Masing-masing negara mempunyai kebiasaan dan peraturan yang berbeda. Perusahaan multinasional harus menetapkan apakah kebiasaan tertentu benar-benar suatu cara berbisnis yang berbeda atau apakah merupakan pelanggaran atas kode etik berbisnisnya.

BAB V
PENUTUP

Akuntan manajemen mempunyai peranan penting dalam menjalankan bisnis di lingkungan internasional. Bisnis membutuhkan akuntan manajemen untuk menangani masalah keuangan dan operasi bisnis sehari-hari. Namun, tugas akuntan manajemen pada perusahaan interansional lebih kompleks karena perubahan yang terus menerus terjadi pada bisnis global.
Karena tugas utama akuntan manajemen adalah menyediakan informasi yang relevan kepada pihak manajemen dan agar terap mampu mengikuti perkembangan, maka akuntan manajemen harus membaca berbagai buku dan artikel bisnis mengenai sistem informasi, pemasaran, manajemen, politik, dan ekonomi. Selain itu, akuntan manajemen harus akrab dengan peraturan akuntansi keuangan dari negara di mana perusahaan beroperasi

DAFTAR PUSTAKA

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 1997. Akuntansi Manajemen Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.